Keruak, Lombok Timur – Dengan semangat kemanusiaan yang tak pernah padam, Fiona Forrest, Founder Fiona Unity asal Australia, kembali menapaki jalan panjang jelajah sosialnya di Pulau Lombok. Kali ini, Fiona menyambangi Kecamatan Keruak, Lombok Timur, untuk membagikan ratusan paket beras dan pakaian kepada para lansia, penyandang disabilitas, dan Orang dengan Disabilitas dan Penyakit (ODDP).
Dalam kegiatan yang penuh haru dan keceriaan itu, Fiona tidak sendirian. Ia didampingi oleh Founder LIDI Foundation, Lalu Wisnu Pradipta bersama tim da yang selama ini dikenal aktif dalam pendampingan masyarakat disabilitas dan kegiatan sosial kemanusiaan di NTB bersama salah seorang tim Fiona Unity asal australia Mr. Daniel.
“Bagi saya, kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa melihat senyum dari orang-orang yang selama ini berjuang dalam keterbatasan,” ujar Fiona dengan mata berbinar, sembari menyerahkan beras kepada seorang nenek berusia lanjut di Desa kedome.
Selain menyalurkan bantuan kepada kelompok rentan di Kecamatan Keruak, Fiona dan tim juga menyempatkan diri mengunjungi anak-anak yang tengah berjuang melawan penyakit berat, termasuk adik Ahmad Rafasa, bayi berusia dua bulan asal Desa Paremas, Kecamatan Jerowaru, yang menderita hidrosefalus (penumpukan cairan di otak) sejak lahir.
Momen kunjungan itu menjadi sangat mengharukan. Dengan penuh kasih, Fiona menggendong sang bayi dan menyerahkan bantuan sembako serta perlengkapan bayi kepada keluarga Ahmad Rafasa. “Saya berharap adik kecil ini mendapatkan penanganan medis terbaik dan tumbuh dengan cinta dari semua pihak,” ucapnya lirih.
Menurut Lalu Wisnu Pradipta, kegiatan ini merupakan wujud nyata dari solidaritas lintas bangsa yang berangkat dari hati. “Fiona sudah beberapa kali datang ke Lombok, dan setiap kunjungannya selalu membawa pesan kemanusiaan: bahwa semua orang berhak untuk hidup layak dan dicintai tanpa batas,” jelas Wisnu.
Kegiatan sosial Fiona Unity dan LIDI Foundation diharapkan menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk terus menumbuhkan kepedulian sosial, terutama terhadap kelompok-kelompok yang sering terlupakan — lansia, disabilitas, dan anak-anak dengan kondisi khusus.
Hari itu ditutup dengan doa bersama dan pelukan hangat dari masyarakat setempat. Senyum yang tersungging di wajah mereka menjadi bukti bahwa cinta dan kepedulian adalah bahasa universal yang mampu menembus batas negara, agama, dan keadaan.


