Mataram - Majelis Hakim Pengadilan Negeri Mataram, menunda sidang lanjutan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan terdakwa Frederic Raby alias Fredy, karena jaksa penuntut umum (JPU) belum dapat menghadirkan ahli bahasa bersertifikat yang mampu menerjemahkan, karena terdakwa seorang WNA sebagaimana telah dijadwalkan dalam persidangan pertama nomor perkara : 384/Pid.sus/2025/PN. Mtr, bertempat di ruang Cakra PN Mataram, Kamis 10 Juli 2025.
Ketua Majelis Hakim Isrin Surya Kurniasih mengumumkan sidang akan berlanjut di PN Mataram, Kamis depan 24 Juli 2025, dengan agenda mendengarkan keterangan dua saksi dari terdakwa Frederick Raby alias Fredy.
"Kami sangat kecewa dengan tertundanya persidangan hari ini, padahal kami telah berupaya maksimal menghadirkan saksi, dan mereka mengorbankan waktu untuk dapat memberikan kesaksian atas perlakuan Emma kepada Fredy," kata kuasa hukum Fredy, Syarifuddin, saat ditemui di luar ruang sidang, Kamis 17 Juli 2025.
Syarifuddin juga mempertanyakan kenapa mesti terjadi hal seperti itu, seharusnya JPU yang sering beracara paham betul terkait syarat ahli bahasa yang harusnya di hadirkan.
"Ini kelalaian yang terkesan disengaja, padahal itu tanggung jawab JPU, apalagi persidangan kemarin permintaan majelis hakim untuk menghadirkan ahli bahasa sudah di utarakan," tambahnya.
Pada tempat yang sama, anggota tim kuasa hukum terdakwa lainnya, Muhammad Syahrul , saat ditemui di luar ruang sidang, menerangkan seharusnya JPU menghadirkan ahli bahasa bersertifikat yang mampu menerjemahkan apa yang disampaikan Fredy untuk di catat pada berita acara persidangan.
"Ahli bahasa yang bersertifikat menjadi syarat formil menerjemahkan dalam persidangan atas apa yang di sampaikan oleh terdakwa yang merupakan WNA kemudian di catat pada berita acara persidangan,” katanya menegaskan.
Frederic Raby alias Fredy, untuk kedua kalinya, kembali hadir secara langsung di ruang sidang, ia juga mengaku kecewa atas proses sidang yang terjadi, dimana dilakuan penundaan.
"Ini seperti saya dipermainkan, dari awal hingga sidang kedua, ada sesuatu yang tidak adil saya rasakan," Fredy sampaikan rasa kecewa kepada media.
Menurutnya, proses persidangan Emma yang duluan berlangsung justru berjalan lancar tidak ada hambatan dan kendala yang terjadi.
"Ini seperti lelucon, ketika sidang saya malah ahli bahasa yang menerjemahkan justru tidak bersertifikat," tutupnya.